Mung Supriatin, SE, MSi, Kabid Perdagangan |
KABARPEMALANG.COM – Harga sembilan bahan pokok pangan atau sembako di
sejumlah pasar tradisional di wilayah Kabupaten Pemalang, hingga sepekan
menjelang datangnya bulan puasa mulai menunjukkan kenaikan.
Mamun demikian berdasarkan pantauan
petugas Bidang Perdagangan Diskoperindag yang diterjunkan ke lapangan setiap
hari diperoleh kesimpulan masih belum semua bahan pangan mengalami kenaikan
harga.
Sebagaimana disampaikan Kepala Dinas
Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Drs Hepi Priyanto,
MM, melalui Kabid Perdagangan Mung Supriatin, SE, MSi, di ruang kerjanya Jum’at
(19/5).
“Dari hasil pantauan petugas kami di
lapangan diperoleh informasi belum semua bahan pangan mengalami kenaikan harga,”
jelasnya kepada kabarpemalang.com.
Bahan pangan yang mengalami kenaikan,
menurut dia, diantaranya harga telor ayam yang naik menjadi Rp 20.000,-- hingga
Rp 23.000,-/Kg sedangkan harga sebelumnya (bulan April-Red) hanyalah Rp 19.000,--.
Daging ayam broiler mengalami
kenaikan sekitar Rp 3 ribuan. Semula Rp 30 ribu kini menjadi Rp 34.000,--/Kg.
Demikian halnya dengan daging ayam lokal atau ayam kampung yang semula Rp 45.000,-
naik menjadi Rp 50.000,-/Kg.
Untuk komoditi lain seperti minyak
goreng, gula pasir maupun daging sapi beku belum mengalami kenaikan signifikan.
Minyak goreng curah masih Rp 11.000,-/Kg; gula pasir (curah) Rp 12.500,--/Kg
dan daging sapi beku Rp 80.000,-/Kg.
Menurut Mung Supriatin, untuk jenis
beras sebagai bahan pangan pokok berdasarkan pantauan di lapangan hingga
sepekan menjelang datangnya bulan Ranadhan, belum menunjukkan tanda-tanda
kenaikan. “Berdasarkan data dari Gudang Dolog, Babadan, beras untuk menyambut
Lebaran di wilayah Pemalang stoknya cukup,” imbuhnya.
Menurut dia, dengan akan datangnya
bulan puasa dan Lebaran diharapkan harga bahan pangan tetap stabil. Untuk itu
pihaknya selalu menerjunkan petugas pemantau di pasar tradisional sehingga data
yang teranyar senantiasa dapat diperoleh. Pengawasan juga dilakukan terhadap
bahan pangan yang beredar di tingkat eceran.
“Seperti untuk peredaran daging sapi
beku di pasaran, kita selalu melakukan pengecekan terhadap frisher atau alat
pendingin tempat penyimpanan dagingnya. Semua itu kita lakukan agar masyarakat
konsumen mendapatkan jaminan bahan pangan yang dikonsumsinya benar-benar layak
konsumsi,” pungkasnya. (Ruslan
Nolowijoyo).
0 Komentar
Silahkan meninggalkan pesan di bagian komentar. thanks