Banyak orang berpendapat
budidaya tanaman pangan paling menguntungkan adalah bercocok tanam tanaman yang
usianya relatif pendek seperti halnya padi, buah-buahan dan sayuran. Karena
dengan bertanam tanaman tersebut investasi modal yang dikeluarkan akan segera
kembali lantaran jangka waktunya cukup pendek, hanya bilangan bulan.
Pendapat tersebut sah saja
adanya. Jenis tanaman yang akan dibudidayakan ternyata lebih tergantung pada
selera si pelaku cocok tanam. Terlebih yang berhasil membuktikan bila tanaman
pangan dengan kategori tanaman keras dengan usia tahunan ternyata juga
menguntungkan.
Salah satu tanaman berpohon
keras yang dimaksud adalah Nangka, yang memiliki bahasa ilmiah Artocarpus heterophylus. Nangka yang
namanya sama antara pohon dan buahnya termasuk dalam suku Moraceae (Wikipedia Bahasa Indonesia).
Secara umum nangka memiliki
batang pohon yang keras, tingginya bisa mencapai 30 meter dengan diameter pohon
mencapai 1 meter. Dari sifat-sifat
buahnya secara umum nangka terbagi menjadi 2 kelompok, yakni Nangka Bubur dan
Nangka Salak.
Sedangkan dari
segi varietasnya terdapat berbagai jenis buah nangka, diantaranya Nangka Cempedak,
Nangka Celeng, Nangka Dulang, Nangka Kandel, Nangka Kunir, Nangka Merah, Nangka
Mini, Nangka Madu dan Nangka Sri Bajong.
Upaya
budidaya Nangka Madu, telah diujicoba dan memberikan hasil menguntungkan. Tepatnya
di Sirau Kelurahan Paduraksa, Pemalang. Ratusan pohon Nangka Madu tumbuh di
sekeliling arena pemancingan ‘Lintang Kemukus’ dan di lahan sekitar. Dengan usia
sekitar 2,5 tahun, sebagian besar dari tanaman saat ini sedang berbuah. Menurut
pemiliknya, Andi R (45), Nangka yang ditanam rata-rata sudah berbuah ketika
memasuki usia 2 tahun.
“Sekarang
usianya sekitar dua setengah hingga menjelang tiga tahun, semua sudah berbuah,”
jelas dia di kebun miliknya baru-baru ini.
Pohon nangka
di kebun yang mengelilingi kolam pemancingan miliknya itu rata-rata masih kecil
untuk ukuran pohon nangka pada umumnya. Dari pengamatan langsung di lokasi
dapat disimpulkan batang pohon terbesar yang ada diameternya sekitar 10 – 12 centimeter.
Sedangkan batang pohon terkecil yang berbuah lebat diameternya sekitar 7 – 8 centimeter.
Selain sudah
berbuah dalam usia relatif muda, buah nangka miliknya dinilai memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi. Yakni dari hasil panen buah setiap pohonnya. Meski
pohonnya relatif muda dan batangnya kecil, buah Nangka Madu yang dipanen tidaklah
berarti kecil. Hanya beberapa saja yang fisik buahnya memang kecil, tetapi
sebagian besar justru besar seperti buah nangka pada umumnya.
Ketika buah
nangka sudah matang, maka aroma harumnya pun tercium dari kejauhan. Menurut
Andi, selain aromanya buah nangka yang hampir matang bisa dibedakan dari yang
masih muda, yakni dipukul dengan telapak tangan. “Kalau suara yang terdengan
buuk, buuk, buuk, berarti sudah hampir matang dan sehari dua hari lagi bisa dipetik,”
jelasnya.
Karena
batang pohonnya relatif kecil, kalau kebetulan berbuah lebat maka batang pohon
akan miring karena menahan beban berat dari buah. Langkah yang sederhana bisa
ditempuh dengan memberikan sebatang bambu sebagai penunjang pohon. Atau
menggunakan tali plastik untuk mengikat secara berlawanan arah kemiringannya
pada pohon lain yang lebih besar serta kokoh.
Karena namanya
Nagka Madu, maka jangan ditanya bagaimana citarasa yang dimiliki buah dengan
daging berwarna kuning kemerahan itu. Ketika buah tersentuh ujung lidah, maka
serasa kita sedang mencecap setetes madu murni yang manis tak tertandingi.
“Ya rasanya
manis, silakan cicipi sendiri,” kata siempunya kebun mempersilakan.
Ternyata
tidak berlebihan, buah nangka yang baru dipetiknya di samping kolam itu rasanya
semanis madu. Pantas diberi nama Nangka Madu. (Ruslan Nolowijoyo – PBP)****
0 Komentar
Silahkan meninggalkan pesan di bagian komentar. thanks