KABARPEMALANG – WIDURI – Ribuan warga Pemalang dan sekitarnya memadati arena Taman Rekreasi Pantai Widuri untuk menyaksikan berlangsungnya Festival Egrang Pemalang 2017 yang digelar Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Pemalang ke-442, Sabtu 25 Februari.



Tua muda besar kecil lelaki dan perempuan tumplekblek di pelataran taman rekreasi kebanggaan Pemalang itu untuk melihat dari dekat aksi para pelajar menggunakan piranti olahraga sekaligus mainan tradisional berbahan batangan bambu yang lazim dinamai egrang.

Ya, penyelenggara memang menggagas sebuah event nan unik menarik atas dalih rasional : Melestarikan alat mainan tradisional yang hampir punah ditelan modernitas. So pasti gagasan gila ini butuh dukungan banyak pihak. Termasuk ribuan siswa dari tingkat SD, SLTP hingga SLTA (SMA dan SMK) yang didapuk menjadi pesertanya.

Dan setelah dipersiapkan lebih sebulan akhirnya event edan-edanan itupun tergelar meriah, sukses. Meski belum ada pengakuan sebagai festival egrang termeriah tingkat regional maupun nasional. Walau ada setidaknya 2.200 siswa yang tergabung dalam 220 regu menjadi ‘lakon’ pagelaran unik itu.


Peserta Festival Egrang

Festival dimulai dengan tampilan dua kelompok drumband favorit di Pemalang, yakni ‘Syah Gita Bahana’ dari MTsN dan drumband ‘Krida Nada’ dari SMPN 4 Pemalang. Satu demi satu peserta SD tampil melintasi panggung kehormatan, menempuh jarak 150 meter dari garis pemberangkatan. Acara dibuka Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Akhmad Patah, SIP, M.Si mewakili Bupati H Junaedi, SH, MM yang berhalangan hadir.

Unik, tapi juga lucu dan kadang menggelikan. Begitulah tampilan regu peserta SD yang mendominasi dalam jumlah peserta. Dari puluhan peserta rupanya hanya beberapa regu yang tampil cukup memenuhi kategori penilaian yang meliputi keindahan dan keunikan egrang serta kostum dan kekompakan regu. Begitu pula halnya dengan kelompok peserta SLTP dan SLTA. Mereka mengenakan berbagai kreasi kostum untuk menarik tampilan. Tidak sedikit yang mengenakan kostum yang sebenarnya tidak relevan lantaran mengkombinasikan busana masa lalu dengan asesori kekinian.

Ada dua regu yang betul-betul menampilkan kreasi bernuansa etnik dengan sentuhan koreografi yang lumayan cerdik meski kentara dalam soal latihan durasinya relatif kurang. Dua kelompok berawak siswa sekolah kejuruan itu utuh menampilkan busana terbuat dari tikar pandan yang jika dicermati justru terlihat eksotik, unik memikat sekaligus menggelitik.

Tampilan para ‘egrangers’ kelompok ini menjadi komplit uniknya ketika si perancang melibatkan tutup kepala khas petani yang lazim dinamakan caping atau cothom untuk kepala masing-masing. Bahkan sepasang bambu egrangnya pun dibalut rapat dengan asesori berbahan sama untuk menegaskan kesan etniknya.

Senada dengan bupati melalui sambutan yang disampaikan Akhmad Patah, Kepala Disparpora Drs Sapardi, M.Si melalui Sekretaris Dinas Ir M Ali Mukharom, MAP mengatakan acara yang digelar merupakan salah satu kegiatan dalam rangka peringatan Hari Jadi Kabupaten Pemalang ke-442 dan upaya melestarikan olahraga sekaligus mainan tradisional yang semakin jarang kita temui seiring perkembangan dan kemajuan jaman.(Ruslan Nolowijoyo).