Pasar Comal
Kabar Pemalang - Saat ini peradaban dunia semakin maju dan modern. Tataran pendidikan dan tingkat ekonomi masyarakat semakin meningkat. Gaya hidup (life style) dan tingkat konsumerisme terhadap produk-produk kebutuhan sehari-hari mengalami pereseran.

Pada awalnya kegiatan belanja memiliki tujuan murni, yaitu hanya mencari dan membeli kebutuhan yang diperlukan. Akan tetapi, kegiatan belanja kini juga dimanfaatkan sebagai ajang rekreasi, refreshing, bahkan mencari gengsi demi memperoleh prestise dari orang lain. Seseorang akan merasa puas dan bangga apabila bisa belanja di mall-mall, supermarket, toserba, dan sejenisnya.

Ibu-ibu, terutama yang memiliki tingkat pendidikan dan ekonomi yang kecukupan, membeli kebutuhan sehari-hari, misalnya sayuran pun harus ke supermarket. Padahal kebutuhan ini bisa dibeli di pasar tradisional yang tersebar di beberapa tempat dan tidak sulit untuk dijangkau.

Memang perilaku tersebut tidak dilarang, itu hak individu. Tetapi apabila kita pikir dan rasakan, belanja di pasar tradisional memiliki banyak keuntungan, baik untuk kita sebagai konsumen dan masyarakat petani lokal. Pergi ke pasar tradisional juga bisa kita dijadikan sebagai sarana rekreasi dan refreshing.

Produk lebih segar
Yang jelas, apabila kita belanja di pasar tradisional harganya bisa “miring” karena kita bisa menawar dan barang tidak terkena pajak. Berbeda dengan di swalayan, mall, supermarket, dan toserba. Di sana tidak ada tawar menawar, karena produk sudah dibandrol harga. Selain itu juaga harganya relatif mahal karena terkena pajak.

Apalagi kalau belanja sayuran dan buah-buahan, umumnya masih segar karena langsung dari petani, sehingga kandungan gizi dalam sayuran tersebut masih utuh. Selain segar, sayuran yang berasal dari para petani lokal umumnya masih menggunakan pupuk organik sehingga tidak membahayakan kesehatan.

Belanja di pasar tradisional, setidaknya bisa membantu dan memberikan kesempatan kepada petani lokal untuk maju dan meningkatkan kualitas serta kuantitas hasil panen. Apabila produk lokal bisa diminati oleh masyarakat, secara tidak langsung tingkat perekonomian para petani lokal akan meningkat.

Berbeda apabila kita belanja di mall, supermarket, swalayan, toserba, dan sejenisnya. Para memilik dan pemodal usaha besarlah yang memperoleh dan menikmati keuntungannya. Masyarakat kecil hanya bisa melihat keberhasilan dan kesuksesannya, sedangkan mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi pada rakyat bawah. Apabila kebiasaan belanja yang hanya mengejar gengsi tersebut tidak dikurangi sedikit demi sedikit, kapan masyarakat kecil dan para petani lokal bisa bangkit??

Perlu dilestarikan
Agar pasar tradisional tidak terbawa arus modernisasi, diperlukan kerja nyata dari pemerintah, khususnya dinas-dinas terkait. Salah satunya dengan peraturan mengenai pembatasan perizinan pendirian mall-mall, swalayan, supermarket, toserba, dan sejenisnya. Dengan adanya peraturan tersebut, diharapkan pasar tradisional bisa lebih maju dan berkembang. Apabila perekonomian nasional Indonesia ingin maju, maka perlu dimulai dari memajukan perekonomian lokal, yaitu melalui pasar tradisional.

Belanja di pasar tradisional, juga bisa menciptakan hubungan sosial yang positif antara pembeli dengan pedagang. Proses tawar-menawar merupakan salah satu contoh bentuk budaya rembug secara langsung, sehingga tercipta tali silaturahmi dan persaudaraan diantara keduanya.
Apabila ingin belanja makanan siap santap (jajanan pasar), juga banyak tersedia di pasar tradisional. Tentu bahan yang digunakan alami dan tanpa bahan pengawet. Harganya pun bersahabat, sebab bahan dan cara pembuatannya umumnya masih tradisional.

Maka dari itu, jangan sungkan belanja di pasar tradisional. Tidak perlu Ja’im dan gengsi harus belanja di mall, supermarket, toserba, dan sejenisnya. Jika tidak dimulai dari diri sendiri, trus siapa? Yang jelas, walaupun belanja di pasar tradisional, produknya tetap bersih dan yang pasti sehat. Sehat untuk dompet dan sehat untuk badan kita. Dengan adanya pasar tradisional, mari kita turut serta dalam pembangunan perekonomian nasional menuju Indonesia sejahtera.

Ditulis oleh: Tri Kusharyanto