Dian dan miniatur patung perjuangan |
Patung setinggi satu setengah
meter itu tengah dalam penyelesaian. Jika dilihat sepintas terkesan siempunya
kreasi adalah seorang seniman berlatar belakang pendidikan formal di sekolah
seni.
Namun ternyata bukan, kreator miniatur
patung perjuangan yang sosok aselinya ada di sudut utara Alun-alun itu adalah putera
asli Pemalang, yang sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan seni. Dia belajar
secara otodidak, belajar memanfaatkan pernik-pernik barang tak bernilai untuk
disulap menjadi sebuah karya seni yang apik menarik.
Namanya Dyani Haris Solikhin,
sehari-hari biasa dipanggil Mas Dian. Di rumahnya di Jl. Serayu RT 03 RW 09
Kelurahan Kebondalem, lajang berusia 41 tahun ini suntuk berolah kreasi. Ya
melukis, ya bikin miniatur, ya bikin robot. Tak heran karenanya teman-teman kalangan
pekerja seni menjuluki dirinya sebagai seorang kreator handal. Barang bekas
apapun bisa disulap menjadi sebuah kreasi seni bernilai ekonomi.
Memulai berkreasi secara serius sekitar
tahun 1997 dengan membuat kreasi souvenir dan belajar melukis mengikuti jejak
kakaknya Ruswadi, yang berprofesi sebagai perupa.
Tak betah diam di rumah, sementara
bekal ketrampilan tergenggam di tangan, Dian pun merantau ke Jakarta dan
bekerja sebagai dekorator di plasa dan mall.
“Lama kelamaan saya tidak betah
di Jakarta, lalu saya pulang dan dirumah sampai sekarang ini,” tutur seniman
yang sering mengikuti pameran lukisan di antero Pantura, Jumat 1 Januari.
Di Kampung halamannya Pemalang,
Dian memacu diri untuk lebih produktif. Selain membuat patung dan melayani
pesanan desain interior/eksterior, setahun terakhir ini beberapa lukisan pun
dirampungkannya. Diantaranya ‘Barongsai 1’ oil on canvas 145 – 95 cm. Karya ini
dibanderol dengan harga 6 juta.
Kemudian ‘Barongsai 2’ oil on
canvas 152 – 102 cm dibanderol Rp 7 juta. Sedangkan miniatur Patung Perjuangan
yang sedang dalam penyelesaian dipatok harga Rp 27,5 juta.
Tanpa tedheng aling-aling Dian
mengakui lukisan karyanya yang termahal pernah laku Rp 7,5 juta. Lukisan natural
dengan tema panorama alam laut dan tebing pantai itu dibeli seorang penyuka
seni dari jakarta beberapa waktu lalu.
Dian mengaku jalur seni telah
menjadi pilihannya karena bakat seni yang dimilikinya adalah sebuah karunia.
Harapan kedepan dunia seni di Pemalang semakin maju, tidak tertinggal dari
daerah lain.
“Semoga saja dunia seni di
Pemalang kedepan semakin maju,” ujar seniman bersahaja itu memungkasi
perbincangan.(Ruslan Nolowijoyo).
0 Komentar
Silahkan meninggalkan pesan di bagian komentar. thanks