Ruslan Nolo Wijoyo |
“Ya, gampang gampang susah karena fiksi sejarah tetap harus berpegang pada alur yang kurun waktunya tidak bisa direkayasa,” ungkap penulis Ruslan Nolowijoyo kapada kabarpemalang di kediamannya Pegongsoran Pemalang, belum lama ini.
Selain kurun waktu dengan kejadian-kejadian yang bisa dikata minim data sejarah, kata pemerhati seni budaya yang sudah setahun menjadi kontributor berita di portal berita online www.kabarpemalang.com, keberadaan tempat kejadian maupun para tokoh harus benar-benar memiliki keterkaitan erat dengan kerangka ceritanya. Belum lagi faktor ‘X’ yang terkadang sulit dinalar.
“Jadi kalau Joko Tingkir, misalnya saja, tidak mungkin bertarung melawan Ken Arok ataupun Tunggul Ametung. Tapi kalau petinggi Kesultanan Pajang mengaku pernah mengikuti Sultan Trenggono melakukan penaklukan wilayah timur, masih pantas dan masuk akal,” jelas pria yang usianya mendekati ‘kepala enam’ itu.
Diam-diam dia memang sedang merampungkan buku serial fiksi sejarah dengan rentang kejadian sejak Pangeran Benowo meninggalkan Kesultanan Pajang dan tetirah di Pemalang, hingga penjajah Belanda masuk wilayah Nusantara berkedok maskapai dagang VOC. Judulnya ‘Babad Alas Sirawung’ terdiri dari 6 buku. Buku pertama diharapkan rampung akhir tahun ini.
Cerita dirangkum dan disajikan dalam gaya tuturan yang kadang bernuansa filosofis dan edukatif. Misalnya saja ketika tokoh Ki Buyut Jamurapu menasehati murid asuhnya, Raden Rakapanji, putera Pangeran Benowo ketika keduanya beristirahat di sebuah ngarai di lereng perbukitan pakidulan
(Pemalang selatan--red).
"Salah satu ciri ksatria sejati adalah kemampuan yang dimilikinya untuk menahan diri. Raden masih terlalu muda untuk memikirkan urusan pranatapraja, meski sebagai pewaris kesultanan. Masih banyak yang harus dipikirkan selain ....tumbak Kyai Pleret. Lupakanlah semua itu, kelak Raden juga akan mewarisi pusaka Kesultanan Pajang...!" Buyut Jamurapu menatap murid asuhnya dengan sorot mata teduh berwibawa.
Raden Rakapanji mengangkat wajahnya, "Maksudnya Kyai Setan Kober dan Kyai Tapak, Buyut...? Apakah mungkin kedua pusaka itu akan diberikan padaku...? Buyut Jamurapu mengerti betul apa yang disampaikan secara polos murid asuhnya itu. "Sebaliknya kita istirahat dulu, Raden, besok kita harus melanjutkan perjalanan ...!"
Menulis itu ternyata mengasyikkan, kita bisa menuangkan pengembaraan imajinasi kedalam sebuah hasil kreasi, pungkasnya.(Massol).
0 Komentar
Silahkan meninggalkan pesan di bagian komentar. thanks